BANDA ACEH -- Sehari sebelum kedatangan Presiden Abdurrahman
Wahid ke Aceh, enam anggota Marinir tewas seketika diterjang tiga roket
gerakan Aceh Merdeka (GAM) kala mereka tengah melaksanakan shalat
Maghrib berjamaah di posko Kecamatan Bulu, Kabupaten Aceh Utara.
Presiden sendiri minta para pelaku aksi kekerasan di Aceh untuk
segera menghentikan kegiatannya. ''Kita minta mereka yang masih inginkan
kekerasan melalui organisasi untuk membelokkan keinginan rakyat Aceh,
segera menghentikan kegiatannya. Jika tidak rakyat yang akan
menghentikan,'' kata Presiden saat mencanangkan Sabang sebagai pelabuhan
dan daerah perdagangan bebas di Sabang, Aceh, kemarin sore.
Tewasnya anggota Marinir pada Senin (24/1) petang itu merupakan
korban terbesar pihak keamanan dalam beberapa pekan terakhir di Aceh.
Kadispen Korps Marinir, Letkol Marinir Ibrahim, mengungkapkan bahwa
serangan tersebut dilakukan oleh anggota GAM.
Menurut Ibrahim, serangan atas Marinir itu dilakukan oleh sekitar 200
orang secara tiba-tiba. ''Untungnya ada anggota Marinir yang jaga 10
orang. Dan, yang 20 orang lainnya sedang shalat,'' ujar Ibrahim di
Jakarta Selasa (25/1). ''Sehingga, serangan Gerakan Aceh Merdeka itu
bisa ditahan.''
Kontak senjata antara Marinir dan GAM berlangsung sengit dan cukup
lama yakni sejak pukul 18.45 dan baru berakhir pukul 21.00. Dari pihak
GAM, tutur Ibrahim, sedikitnya empat orang tewas.
Keenam anggota Marinir yang gugur itu adalah Sertu Marinir Tulus,
Sertu Marinir Misyanto, Serda Marinir Arif, Pratu Marinir Gatot, Pratu
Marinir Antoni, dan Pratu Marinir Tasiriyatinasriyanto. Kemarin petang,
jenazah keenam korban masih disemayamkan di Medan. Rencananya hari ini
lima jenazah diterbangkan ke Semarang dan satu lainnya ke Surabaya.
Bersama keenam jenazah tersebut, ikut juga diterbangkan tiga anggota
Marinir yang luka berat dan tiga anggota Marinir yang luka ringan.
Mereka yang luka berat adalah Pratu Marinir Jawar, Pratu Marinir Agus S,
dan Pratu Marinir Zairi. Sedangkan yang luka ringan adalah Pratu Marinir
Agus W, Sertu Marinir Dedi, serta Pratu Aria Arianto. Semua korban luka
tersebut akan diterbangkan ke Surabaya.
Di samping enam korban tewas dan luka-luka, saat ini juga masih ada
satu anggota Marinir yang diculik. Dia adalah Prada Marinir Yudi. Sampai
kemarin keberadaannya belum diketahui. Penculikan seperti ini, kata
Ibrahim, merupakan kejadian kedua kali menimpa Korps Marinir di Aceh.
Dalam dua peristiwa pertama, anggota Marinir korban penculikan tidak
berhasil ditemukan.
''Anggota Marinir yang diserang itu sebenarnya Satgas yang sudah
hampir diganti,'' tandas Ibrahim. Sebab, memang satgas Marinir yang
mengawal pantai timur Aceh itu diganti setiap enam bulan sekali.
Saat ini, sambungnya, Korps Marinir yang diterjunkan ke Aceh 600
orang. Mereka ditugaskan mengawal pantai timur Aceh yang panjangnya 300
kilometer. Tugas utama mereka adalah menangkal kemungkinan terjadinya
penyelundupan-penyelundupan ke Aceh.
Bentrokan senjata antara Marinir dan GAM itu mengundang perhatian
Presiden Abdurrahman Wahid. Menurut Gus Dur, rakyat Aceh sudah bosan
dengan kekerasan dan konflik yang berkepanjangan. Ia juga mengharapkan
Aceh dapat kembali menjadi daerah penopang Indonesia sebagaimana pernah
dilakukan rakyat Aceh di masa perang kemerdekaan.
Mengutip pernyataan seorang dayah (ulama), Gus Dur mengatakan bentuk
Pemda Aceh yang otonomi atau federal bukan hal utama tetapi yang penting
''Jadikanlah Aceh sebagai satu daerah yang unik yang khas Aceh''.
Selain meresmikan pelabuhan bebas Sabang, Presiden juga menyaksikan
pernyataan damai dengan upacara adat yang disebut Peuseujeuk
antara Brimob dan Thaliban. Dalam kunjungan kerja yang diikuti sejumlah
menteri itu, Gus Dur juga akan menyerahkan secara simbolis bantuan dari
Pemerintah Arab Saudi kepada Gubernur KDH Istimewa Aceh.